Scroll untuk baca artikel
PalembangSejarahSeni dan Budaya

200 Tahun Lalu Penjajah Frustasi Padanya, Siapa Dia? Temukan Jawabannya di Panggung Teater Palembang!

×

200 Tahun Lalu Penjajah Frustasi Padanya, Siapa Dia? Temukan Jawabannya di Panggung Teater Palembang!

Sebarkan artikel ini

Palembang, UpdateKini – Tenang di permukaan, tapi menyimpan bara di dasar, begitulah Sungai Musi saat Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II masih bertahta. Dari sanalah lahir kisah tentang seorang raja yang membuat Inggris dan Belanda merasa frustasi 200 tahun lalu.

 

Tapi bagi rakyatnya, ia bukan sekadar pemimpin, ia adalah “harimau” yang menolak dijinakkan oleh siapa pun, termasuk bangsa yang datang dengan kapal meriam dan kesombongan kekuasaan.

 

“SMB II adalah pemimpin yang keras, berani, dan tidak mudah tunduk pada pihak asing,”

 

Kerasnya pun bukan tanpa alasan. Ketika Inggris di bawah Thomas Stamford Raffles mencoba menaklukkan Palembang pada 1812, Sultan menolak tunduk pada tipu muslihat diplomasi. Raffles mencatatnya dalam The History of Java dengan nada kekesalan tersirat bahwa Sultan “tidak mudah dibujuk, bahkan cenderung menantang kekuasaan yang dianggapnya zalim.”

 

Palembang bukan kota biasa. Di balik tenangnya Sungai Musi, berdenyutlah urat nadi perdagangan lada, timah, dan sutra. Tapi di balik kemakmuran itu, bara perlawanan terus menyala. Rakyat melihat sosok Sultan Mahmud Badaruddin II sebagai simbol martabat, yang memilih mempertahankan kedaulatan meski harus kehilangan tahta.

 

kepemimpinan SMB II menjadi simbol ketegasan, keberanian, dan tanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat di bawah tekanan kolonial.

 

Keberanian itu pun dibayar mahal. Pada 1821, setelah serangan besar Belanda, Sultan ditangkap dan diasingkan ke Ternate. Namun semangatnya tak pernah padam. Di pengasingan, ia tetap disebut rakyatnya dengan hormat “Pangeran yang tak pernah menyerah.

 

Bahkan setelah wafatnya Sultan, perjuangan melawan penjajahan terus berlanjut karena “api perlawanan yang ia nyalakan tidak pernah padam di dada rakyat Palembang.”

 

Namun, Dua abad setelah dentuman meriam di tepian Musi mereda, sekelompok seniman Palembang berusaha meniupkan napas baru ke dalam kisah itu. Mereka menamai karyanya “Pagelaran Teater Sultan Mahmud Badaruddin II: Harimau yang Tidak Dapat Dijinakkan”

 

Sultan Mahmud Badaruddin II juga dijuluki oleh pihak Inggris sebagai “never a tame tiger” atau Harimau yang tidak dapat di jinakkan karena ketegasannya menolak untuk menyerah pada kekuasaan penjajah.

 

Julukan itu kini dihidupkan kembali di atas panggung sebagai simbol dari karakter pemimpin yang berani, berdaulat, dan sulit untuk dikalahkan.

 

“Harimau dalam konteks ini tidak sekadar melambangkan kekuatan, tapi juga mencerminkan jiwa masyarakat Palembang gagah, penuh keberanian, dan tidak mudah ditundukkan,” kata Vebri Al-Lintani, penulis naskah sekaligus sutradara pertunjukan, Rabu (15/10/2025).

 

Proses kreatif pertunjukan ini dimulai sejak awal tahun. Audisi terbuka yang diikuti lebih dari seratus peserta, melahirkan lima belas pemain utama dan pendukung. Mereka bukan hanya mempelajari dialog dan gerak, tapi juga mendalami sejarah perjuangan Sultan Mahmud Badaruddin II.

 

“Banyak di antara mereka adalah anak muda yang baru pertama kali naik panggung besar. Tapi semangat mereka, luar biasa. Mereka tahu bahwa mereka sedang memainkan bukan sekadar tokoh, tapi roh sejarah,” tutur Vebri.

 

Beberapa bulan lalu, tim produksi juga menjejakkan kaki ke Ternate, Maluku Utara, tempat di mana sang Sultan diasingkan dua abad silam. Dari perjalanan itu, mereka membawa pulang inspirasi gerak, pencahayaan, dan ritme penceritaan khas Maluku, yang kemudian berpadu indah dengan nuansa Melayu Palembang.

 

“Interaksi budaya ini membuka pandangan kami, bahwa teater bisa menjadi jembatan antaridentitas. Dari Palembang ke Ternate, semangatnya sama, menjaga warisan, menolak dilupakan,” kata Vebri.

 

Pagelaran ini akan ditampilkan dua kali sehari yakni pukul 10.00–12.00 WIB dan 15.00–17.00 WIB, pada 17–21 Oktober 2025 di Gedung Graha Budaya Jakabaring, Palembang. Dengan harga tiket yang terjangkau: Rp25.000 untuk pelajar SD–SMP, Rp50.000 untuk SMA/mahasiswa, Rp60.000 untuk umum, dan Rp250.000 untuk VIP. (fly)