Palembang, UpdateKini – Komunitas seni Suarna Rupa bersama Dinas Kebudayaan Kota Palembang, Dewan Kesenian Sumatera Selatan (DKSS), dan Dewan Kesenian Palembang (DKP) menggelar kegiatan bertema “Menggores Warna, Gelorakan Patriotisme”, Senin (30/6), di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.
Kegiatan ini terdiri dari lomba lukis dan mewarnai, serta workshop seni melukis dan bela diri tradisional Kuntau, yang diikuti ratusan peserta dari berbagai jenjang usia. Selain menjadi ajang kreativitas, kegiatan ini juga menjadi ruang edukasi untuk mengenalkan sejarah dua tokoh pahlawan nasional asal Palembang: Sultan Mahmud Badaruddin II dan Dr. A.K. Gani.
Menurut Sekretaris Dinas Kebudayaan Kota Palembang, Septa Marus, kegiatan ini menjadi salah satu bentuk upaya menghadirkan museum sebagai ruang publik yang aktif dan inklusif.
“Kami ingin menjadikan museum sebagai tempat di mana masyarakat bisa belajar, berkreasi, dan mencintai budaya sendiri,” ungkap Septa.
Kegiatan ini diikuti oleh 120 peserta lomba dari jenjang SD, SMP, hingga umum. Sementara pada sesi workshop, tercatat 70 peserta mengikuti pelatihan melukis dan 30 peserta ikut dalam workshop bela diri tradisional Kuntau.
Staf Ahli Wali Kota Palembang Bidang Keuangan, Penda, Hukum, dan HAM, Edison, turut hadir dan menyampaikan apresiasi. Ia menyebut kegiatan ini sangat relevan dalam membangkitkan semangat kebangsaan generasi muda dengan cara yang menyenangkan.
“Kita ingin menanamkan semangat patriotisme melalui pendekatan yang dekat dengan anak-anak, seperti seni lukis dan bela diri. Ini bukan sekadar ajang kreativitas, tapi wahana mengenal sejarah lokal,” ujarnya.
Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam pelestarian budaya:
“Budaya bukan hanya milik pemerintah, tapi milik seluruh masyarakat. Kegiatan ini menjadi bukti semangat gotong royong dalam menjaga warisan budaya.”
Edison berharap kegiatan seperti ini bisa terus dikembangkan setiap tahun dan menjangkau lebih banyak masyarakat di berbagai lapisan.

Seni bisa menjadi Jembatan Edukasi Sejarah dan Identitas Diri
Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP), M. Nasir, dalam sambutannya menyebut kegiatan ini sebagai wujud nyata bahwa seni bisa menjadi jembatan edukasi sejarah dan identitas diri.
“Melalui goresan warna dan gerak tubuh, kita mengenalkan kembali siapa mereka, dua sosok pemimpin yang berani, cerdas, dan mencintai tanah air. Anak-anak tidak hanya belajar seni, tapi juga mengenali jati dirinya sebagai bagian dari sejarah Palembang,” urainya.
Ia menambahkan bahwa seni adalah salah satu cara paling efektif dalam menyentuh emosi dan membangun kedekatan dengan budaya sendiri.
“Ketika anak-anak melukis sosok pahlawan atau mengikuti bela diri tradisional, mereka sedang membangun rasa cinta pada kotanya dan budayanya,” katanya.
Nasir juga menegaskan bahwa Dewan Kesenian Palembang akan terus mendorong agar seni tidak hanya hadir di ruang formal seperti galeri, tetapi hidup di tengah masyarakat, menyatu dengan denyut kehidupan sehari-hari.
Ketua Komunitas Suarna Rupa, Taufan Arifin, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya kolektif untuk memperkuat keterlibatan generasi muda dalam mengenal sejarah dan budaya lokal melalui medium yang akrab bagi mereka, yaitu seni.
“Kami percaya bahwa seni adalah jembatan yang efektif untuk mendekatkan generasi muda pada nilai-nilai kebangsaan. Melukis dan mewarnai bukan hanya soal teknik, tapi juga soal mengenali sosok-sosok penting yang membentuk identitas kota ini,” ujarnya.
Sebagai anggota DKP bidang kerja sama, Taufan juga menekankan pentingnya sinergi antar komunitas, institusi budaya, dan pemerintah.
“Kegiatan ini adalah bukti bahwa kolaborasi bisa menghasilkan ruang pembelajaran yang segar dan inklusif. Museum bukan hanya tempat menyimpan benda bersejarah, tapi bisa menjadi ruang kreatif dan terbuka bagi siapa pun yang ingin belajar dan berkarya,” tambahnya.
Ia berharap kegiatan seperti ini tidak berhenti sebagai agenda seremonial, tapi terus berkembang menjadi gerakan berkelanjutan yang mendorong keterlibatan masyarakat secara aktif dalam pelestarian budaya.
“Melalui Suarna Rupa, kami akan terus membuka ruang-ruang ekspresi seni yang membumi, yang tidak hanya bicara keindahan, tapi juga makna dan keberpihakan pada nilai-nilai lokal,” tutup Taufan.















