PalembangPendidikanSejarah

Baso Palembang: Dari Komputer 486 hingga Muatan Lokal di Sekolah

×

Baso Palembang: Dari Komputer 486 hingga Muatan Lokal di Sekolah

Sebarkan artikel ini

Palembang, UpdateKini – Upaya pelestarian bahasa daerah terus dilakukan di Kota Palembang. Salah satu langkah penting adalah diterbitkannya Peraturan Wali Kota Palembang Nomor 39 Tahun 2023 tentang Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah. Aturan ini menetapkan bahwa Baso Palembang akan diajarkan di tingkat SD dan SMP, dengan dua tingkatan bahasa, yakni Baso Palembang Sari-saru (BPS) yang digunakan secara umum oleh masyarakat dan Baso Palembang Alus (BPA) yang dahulu digunakan dalam komunikasi dengan orang yang lebih tua atau dituakan.

 

Salah satu sosok di balik penyusunan kosakata Baso Palembang adalah Hidayatul Fikri, yang akrab disapa Mang Dayat. Ia menceritakan perjalanan panjang dalam mengumpulkan dan menyusun kata-kata Palembang, sebuah perjuangan yang berawal dari kerja keras sang “Uwak”, Haji Ujang Ahmad Zulkifly, yang akrab disapa Ayah oleh Mang Dayat.

 

Mengumpulkan Kosakata dari Kampung ke Kampung

Sejak awal, Ayah secara tekun berkeliling ke berbagai kampung seperti Tatang, Suro, Tanggo Buntung, dan Makrayu, berbincang dengan masyarakat setempat untuk mengumpulkan kosa kata asli Baso Palembang. Setiap kata yang didapat kemudian dicatat dan diketik menggunakan komputer bekas Pentium 486, perangkat yang saat itu masih menjadi barang langka.

 

Proses ini berlangsung selama bertahun-tahun. Semua data disimpan dalam puluhan disket, yang diberi label A Series, B Series, dan seterusnya. Namun, tantangan tak terhindarkan—beberapa disket rusak terkena virus, membuat beberapa data hilang. Beruntung, masih ada back-up file yang tersimpan di komputer.

 

Dari Manuskrip ke Buku Komus

Upaya yang tak kenal lelah akhirnya membuahkan hasil. Pada 2002, kumpulan kata yang telah disusun berhasil dirampungkan dalam bentuk cetakan A4. Meski belum diterbitkan secara resmi, manuskrip ini menjadi dasar bagi Komus Baso Palembang yang akhirnya terbit pertama kali pada 2005 oleh Kerukunan Keluarga Palembang (KKP).

Sejarawan Palembang, Kemas AR Panji

Namun, Ayah belum merasa puas. Ia terus melengkapi dan menyempurnakan kamus tersebut. Pada 2007, dengan usaha sendiri, ia mencetak Edisi Kedua (Edisi Revisi) yang berisi penambahan 30 persen kata-kata baru. Cetakan ini tidak dijual secara komersial, melainkan lebih banyak dibagikan kepada masyarakat sebagai bentuk kepedulian terhadap pelestarian bahasa daerah.

 

Perjuangan Mang Dayat Melanjutkan Warisan

Setelah melihat dedikasi Ayah, Mang Dayat merasa terpanggil untuk melanjutkan perjuangan ini. Bersama Kemas AR Panji, ia menambahkan 30 persen lagi kosakata baru dari edisi kedua, serta menyusun kata-kata dalam bentuk tabel yang memuat BPS, BPA, dan bahasa Indonesia agar lebih mudah dipahami.

 

Kini, perjuangan panjang tersebut membuahkan hasil nyata. Dengan masuknya Baso Palembang sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah. Semoga upaya ini menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang dalam menjaga kekayaan budaya Palembang.

Sedangkan untuk pemesanan Komus Baso Palembang, bisa menghubungi Kemas AR Panji 0821-84777676 dengan harga Rp. 65.000. (Fly)