Pariwisata

Desa Wisata Tinalah dan Pandanrejo: Destinasi Unggulan dengan Tantangan Pengembangan

×

Desa Wisata Tinalah dan Pandanrejo: Destinasi Unggulan dengan Tantangan Pengembangan

Sebarkan artikel ini

Yogyakarta, UpdateKini – Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa berkunjung ke dua desa wisata di Yogyakarta, yakni Desa Wisata Tinalah dan Desa Wisata Pandanrejo. Kedua desa ini masuk dalam 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 dan terus menunjukkan perkembangan positif dalam sektor pariwisata.

Wamenpar meninjau langsung potensi wisata serta kendala yang kedua desa masih hadapi dalam pengelolaan pariwisata berkelanjutan. Ia menekankan pentingnya penguatan infrastruktur, promosi, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam mendukung perkembangan desa wisata.

 

Desa Wisata Tinalah: Keindahan Alam dan Pariwisata Berkelanjutan

Desa Wisata Tinalah, yang terletak di antara Sungai Tinalah dan Pegunungan Menoreh, menawarkan berbagai pengalaman wisata, mulai dari keindahan alam, budaya, hingga sejarah. Pada tahun 2024, desa ini mencatat kunjungan sebanyak 9.000 wisatawan.

Sebagai salah satu desa wisata yang menerapkan konsep pariwisata berkelanjutan, Tinalah menawarkan berbagai atraksi unik seperti pembuatan kuliner berbahan kelapa, merajut topi caping pandan, melukis di batu alam, susur sungai, serta wisata camping outdoor.

Desa ini juga menjadi penyangga Destinasi Super Prioritas Kawasan Borobudur dan telah meraih berbagai penghargaan, termasuk Silver Award Employing and Upskilling Local Communities Responsible Tourism Awards Southeast Asia 2024 serta Gold Digital Creative Tourism Destination Award 2022 dari MarkPlus Tourism.

Namun, Wamenpar mencatat masih adanya tantangan dalam penyediaan fasilitas sanitasi dan pengelolaan sampah. Saat ini, Desa Wisata Tinalah baru memiliki enam toilet bersih yang dibangun dengan dukungan Badan Otorita Borobudur.

Wamenpar menegaskan bahwa aspek kesehatan dan kebersihan menjadi bagian penting dalam pengembangan desa wisata dan akan menjadi fokus utama dalam program Gerakan Wisata Bersih (GWB) Kementerian Pariwisata.

Desa Wisata Pandanrejo
Desa Wisata Pandanrejo: Edukasi dan Ekonomi Berbasis Ternak Kambing Etawa

Sementara itu, Desa Wisata Pandanrejo, yang berada di kawasan Perbukitan Menoreh, menawarkan pengalaman wisata pedesaan dengan daya tarik utama peternakan kambing peranakan etawa (PE) ras Kaligesing. Melalui program wisata berbasis edukasi, desa ini berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan omzet mencapai Rp1,3 miliar pada tahun 2023.

Berbagai inovasi telah dilakukan, termasuk pelatihan oleh Poltekpar NHI Bandung yang membantu masyarakat dalam mengolah susu kambing menjadi produk olahan seperti bolu pisang susu kambing.

Namun, tantangan masih ada, terutama dalam hal aksesibilitas karena belum tersedianya kendaraan bus dengan kapasitas lebih dari 50 kursi. Selain itu, sentra oleh-oleh di desa ini juga masih perlu pengelolaan yang lebih profesional melalui skema koperasi.

Wamenpar menekankan pentingnya promosi yang lebih masif dan peningkatan kapasitas SDM untuk mendukung daya saing desa wisata.

“Saya sangat mengapresiasi kerja keras para pengelola desa wisata dan pemerintah setempat. Desa wisata seperti ini benar-benar mampu menggerakkan ekonomi masyarakat,” ujarnya. Jumat (24/1/2025).

Ia menambahkan bahwa kunjungan lapangan seperti ini sangat penting untuk memahami kendala yang ada dan mencari solusi yang tepat bersama pemerintah pusat.

 

Sumber : kempar.go.id