Palembang, UpdateKini – Seiring meningkatnya penggunaan perangkat digital di berbagai aspek kehidupan, fenomena Digital Eye Strain atau Computer Vision Syndrome mulai menjadi perhatian. Kondisi ini ditandai dengan mata lelah, kering, perih, hingga penglihatan kabur akibat terlalu lama menatap layar tanpa istirahat.
Digital Eye Strain kini dialami berbagai kalangan, mulai dari pekerja kantoran, pelajar, hingga pengguna gawai kasual. Aktivitas seperti mengetik, membaca, menonton, atau bermain gim dalam waktu lama berisiko memicu gangguan ini, terutama jika dilakukan tanpa memperhatikan jeda dan kenyamanan visual.
Gejala umum yang kerap dirasakan antara lain mata terasa berat, sulit fokus, sakit kepala, dan nyeri pada leher atau pundak. Kondisi ini diperparah oleh pencahayaan ruangan yang tidak ideal, pantulan layar, serta postur tubuh yang buruk saat menggunakan perangkat elektronik.
Untuk mencegah Digital Eye Strain, para ahli menyarankan penerapan aturan 20-20-20—setiap 20 menit, alihkan pandangan ke objek sejauh 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20 detik. Selain itu, menjaga jarak antara mata dan layar, mengatur kecerahan, dan memperbanyak kedipan juga penting dilakukan.
Meskipun terkesan ringan, gangguan ini tidak boleh diabaikan. Bila dibiarkan terus-menerus, Digital Eye Strain dapat memengaruhi kualitas hidup, produktivitas, dan bahkan memperburuk kondisi mata di kemudian hari.
Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mata menjadi semakin relevan di tengah gaya hidup digital yang tak terelakkan. Edukasi mengenai cara penggunaan gawai yang sehat perlu terus disosialisasikan, terutama di lingkungan kerja dan sekolah, guna mencegah dampak jangka panjang dari fenomena ini.