Palembang, UpdateKini – Palembang bukan hanya tentang pempek dan Sungai Musi. Kota tertua di Indonesia ini kembali mengungkap jejak sejarahnya dengan ditemukannya sebuah prasasti di Gedung Walikota Palembang. Temuan ini pun memicu diskusi penting soal identitas budaya kota yang kaya sejarah tersebut.
Anggota Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACBN), Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto, bertemu dengan Pj. Walikota Palembang, Dr. Cheka Virgowansyah, bersama para sejarawan dan budayawan berdiskusi soal temuan ini serta nilai historis gedung tersebut. Jumat (7/2/2025).
Semiarto menjelaskan bahwa Gedung Walikota Palembang memiliki arsitektur khas kolonial Belanda dengan gaya Indies Style, yang mengadaptasi desain Eropa untuk iklim tropis Hindia Belanda.
Bangunan ini memiliki struktur yang simetris, dengan desain rapi dan seimbang khas arsitektur kolonial. Jendela dan ventilasi yang lebar digunakan untuk meningkatkan sirkulasi udara, sesuai dengan kondisi iklim Palembang yang panas dan lembap.
Selain itu, dinding gedung yang tebal, terbuat dari batu bata dan semen kapur, membantu menjaga suhu dalam ruangan tetap sejuk. Atap yang tinggi juga berfungsi sebagai pendingin alami sekaligus perlindungan dari curah hujan yang tinggi.
Yang membuat gedung ini semakin unik adalah fungsi awalnya sebagai kantor pengelolaan air atau ledeng. Semiarto menjelaskan bahwa bangunan dengan fungsi seperti ini tidak banyak ditemukan di kota-kota besar.
“Gedung ini dulunya kantor air, dan jumlahnya tidak banyak. Bandung juga punya, tapi skalanya berbeda,” ujarnya.
Terkait masa depan Gedung Walikota Palembang, ada dua pendekatan yang dipertimbangkan. Pertama, menjadikannya sebagai cagar budaya murni yang sepenuhnya dialihfungsikan untuk pelestarian sejarah tanpa aktivitas pemerintahan.
Kedua, menerapkan konsep cohabitation, di mana gedung tetap digunakan untuk aktivitas tertentu dengan pengawasan ketat agar nilai sejarahnya tetap terjaga.
“Konsep ini mengutamakan konservasi tanpa menggusur, sehingga masyarakat tetap bisa mengaksesnya dengan fungsi yang lebih edukatif. Jika direnovasi, harus dilakukan dengan hati-hati dan didampingi Tim Ahli Cagar Budaya (TACB),” jelas Semiarto.
Dalam pertemuan yang digelar di Kantor Walikota Palembang, hadir sejumlah tokoh dan pejabat, di antaranya Pj. Walikota Palembang Dr. Cheka Virgowansyah, S.STP., M.E., Kepala Dinas Kebudayaan Kota Palembang Ir. H. M. Affan Prapanca, MT., IPM., Kepala Dinas PU dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Palembang Ir. H. Akhmad Bastari, ST., MT., IPM., Asean Eng., anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Palembang Kemas Ari Panji, Dr. Jumanah, Wanda Lesmana, budayawan Palembang Vebri Al Lintani, Isnayadi Safrida, Genta, serta sejarawan Sumatera Selatan Dr. Dedi Irwanto, M.A. Pertemuan ini juga dihadiri oleh perwakilan dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Palembang. (Fly)