Palembang, UpdateKini – Tanpa disadari, banyak orang kini berjalan di jalur yang sama: terjebak dalam labirin egoisme. Awalnya terlihat sepele, ingin menang sendiri, merasa paling benar, namun perlahan sikap ini bisa memutuskan tali hubungan dengan orang-orang terdekat.
Fenomena “tersesat dalam egoisme” menggambarkan kondisi di mana ambisi dan kepentingan pribadi menutupi rasa peduli terhadap orang lain. Dalam kehidupan modern yang serba cepat, tekanan dan persaingan kerap membuat orang lebih fokus pada dirinya, hingga lupa bahwa empati adalah jembatan untuk menjaga hubungan tetap hangat.
Yang mengkhawatirkan, tanda-tandanya sering kali tidak disadari. Anda mungkin terlalu sibuk mengejar target pribadi hingga jarang mendengarkan orang lain, atau mulai merasa pendapat Anda selalu yang paling benar. Sikap ini perlahan mengikis hubungan, baik di lingkungan kerja, keluarga, maupun pertemanan.
Egoisme yang dibiarkan tumbuh dapat mengubah pola komunikasi menjadi dingin, menurunkan empati, bahkan memicu konflik. Masalahnya, begitu egoisme ini mendarah daging, seseorang sulit melihat dirinya sedang bermasalah.
Untuk menghindarinya, langkah sederhana bisa dimulai dari kesediaan mendengar tanpa memotong pembicaraan, memberi apresiasi pada usaha orang lain, dan melatih empati melalui kegiatan sosial. Kesadaran kecil seperti ini dapat menjadi pintu keluar dari “labirin” egoisme yang memerangkap banyak orang.
Fenomena ini menjadi pengingat bahwa ambisi pribadi memang penting, tetapi tanpa keseimbangan dengan rasa peduli, kita berisiko kehilangan koneksi berharga dengan dunia di sekitar kita.















