Alam segar, budaya, dan keramahan penduduk berpadu di desa pesisir yang memukau ini.
Palembang, UpdateKini – Sungsang IV, Desa di Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, menawarkan pengalaman yang sulit ditemukan di tempat lain. Bayangkan buah pedada yang tumbuh liar bisa diubah menjadi sabun alami, ribuan burung migran dari Siberia menari di langit, dan Tari Burung Migran memukau setiap penontonnya. Ditambah panorama menawan Gerbang Sungai Musi dan hutan mangrove yang masih terjaga, desa ini menghadirkan harmoni alam yang segar dan menenangkan.
Keistimewaan lain, meski desa ini tidak menyajikan hotel berbintang, warga dengan ramah menawarkan rumah mereka sebagai tempat menginap bagi wisatawan. Penduduk setempat yang hangat membuat setiap kunjungan terasa seperti pulang ke rumah, sekaligus membuka kesempatan untuk merasakan kehidupan pesisir secara autentik.
Sepanjang 2024, warga bersama SKK Migas menanam 31.000 batang mangrove. Hutan mangrove ini tidak hanya melindungi pesisir dari abrasi, tapi juga menjadi rumah bagi berbagai biota.

Ribuan burung migran singgah antara Oktober hingga Desember melalui jalur East Asian–Australasian Flyway, menandai ekosistem pesisir yang masih terjaga. Suara riuh burung yang mendarat di pohon bakau, berpadu dengan aroma pedada segar dan udara laut yang sejuk, menciptakan pengalaman alam yang memikat semua indera.
Dari fenomena itu lahir Tari Burung Migran atau Tari Pesona Sembilang, sekitar enam tahun lalu. Tarian ini digarap oleh Sanggar Tari Alia Zahra dengan koreografi Raden Gunawan, S.Sos., dibina Jumiati Juliani. Durasi tarian 3–4 menit, dibawakan oleh 5–6 penari muda yang lincah menirukan gerakan burung-burung di langit Sembilang. “Gerakan kami melambangkan keceriaan burung yang terbang bersama. Alam dan budaya di sini memang tidak bisa dipisahkan,” ujar Marshel, salah satu penari.

Sungsang IV juga menawarkan kuliner khas pesisir, terutama olahan udang segar yang ditangkap nelayan setempat. Wisatawan bisa menikmati hidangan tradisional sambil menyaksikan aktivitas nelayan atau menikmati panorama Gerbang Sungai Musi yang memesona. Desa ini memberikan pengalaman kuliner yang autentik sekaligus edukatif tentang kehidupan masyarakat pesisir.
Transportasi ke Sungsang IV sebagian besar melalui jalur laut. Wisatawan bisa menggunakan speedboat dari Pelabuhan 3 Ulu di Palembang atau kapal wisata, yang menawarkan perjalanan santai sambil menikmati pemandangan mangrove yang asri. Dalam kehidupan sehari-hari, perahu dan kapal nelayan menjadi sarana vital bagi warga untuk mencari nafkah, berbelanja, atau menghadiri acara sosial. Akses darat tersedia, tapi jalur laut tetap menjadi pilihan utama karena kecepatan dan keindahan pemandangan sepanjang perjalanan.

salah satu wartawan yang ikut kegiatan Field Trip Sungsang FJM 2025 bersama SKK Migas, pada Selasa (19/8/2025), M. Asri, mengatakan dengan kombinasi alam yang segar, seni budaya, inovasi, kuliner khas, transportasi unik, dan keramahan penduduk, Sungsang IV menegaskan bahwa harmoni antara manusia dan lingkungan bukan sekadar mimpi.
Dari pedada yang jadi sabun, ribuan mangrove yang tumbuh, hingga tarian yang menari bersama burung migran, desa kecil ini menghadirkan pengalaman yang tak terlupakan.
“Setiap sudutnya menceritakan kisah keindahan, kreativitas, dan keramahan yang tulus, membuat setiap pengunjung merasa “harus datang” setidaknya sekali seumur hidup,” ungkapnya.















