Palembang

Menggali Peran Situs dan Tokoh Lokal di P5H5M

×

Menggali Peran Situs dan Tokoh Lokal di P5H5M

Sebarkan artikel ini

Palembang, UpdateKini –  Pada hari ketiga peringatan Pertempuran Lima Hari Lima Malam (P5H5M) di Palembang, Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Sumatera Selatan menggelar diskusi bertajuk “Situs-situs dan Tokoh-tokoh P5H5M bagi Pembelajaran Sejarah Lokal di Sumsel”. Acara ini berlangsung di Gedung Kesenian Palembang dan melibatkan guru, siswa, mahasiswa, aktivis, sejarawan, budayawan, serta masyarakat umum. Senin (30/12/2024).

 

Diskusi menghadirkan Yusnidar, S.Pd., M.Si, guru sejarah SMAN 22 Palembang, dan Rillo Abyudaya, S.Pd. GR, peneliti muda multimedia sejarah, sebagai pemateri. Keduanya menyoroti pentingnya peristiwa yang terjadi pada 1–5 Januari 1947 tersebut sebagai bagian dari perjuangan bangsa melawan penjajahan Belanda (NICA).

 

Yusnidar menjelaskan bahwa Palembang, dengan kekayaan sumber daya alam dan manusia, menjadi sasaran strategis bagi Belanda. Pertempuran melibatkan banyak lokasi, dengan pertahanan terkuat Belanda berada di Benteng Kuto Besak (BKB), sementara masyarakat Palembang mempertahankan diri di berbagai titik sekitar kota.

 

“Peristiwa bersejarah ini harus dikenang untuk menghargai perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan,” ujar Yusnidar.

 

Rillo Abyudaya memaparkan kronologi pertempuran, mulai dari serangan di kawasan Tengkuruk pada hari pertama hingga perlawanan di Masjid Agung Palembang dan Talang Betutu.

 

“Di Talang Betutu, pejuang Palembang menghentikan pasukan Belanda di bawah komando Lettu Wahid Luddien,” ujarnya.

 

Beberapa tokoh yang memainkan peran penting dalam pertempuran ini antara lain Kolonel Maludin Simbolon, Letnan Kolonel Bambang Utoyo, Mayor Rasyad Nawawi, dan Kapten Alamsyah.

 

“Pertempuran Lima Hari Lima Malam menjadi momen penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Semangat juang rakyat Palembang menunjukkan keteguhan hati dalam menghadapi penjajahan,” tambah Rillo.