Opini

Menyongsong Bonus Demografi: Waktu yang Tak Boleh Kita Sia-siakan

×

Menyongsong Bonus Demografi: Waktu yang Tak Boleh Kita Sia-siakan

Sebarkan artikel ini

Oleh: Arrahman Syafebri, S.I.P., M.Si.

Penulis adalah Doosen Administrasi Publik Fisip Unsri

 

Sebagai seorang pengamat kebijakan publik dan akademisi, penulis merasa terpanggil untuk merenungkan apa yang sedang dihadapi hari ini, khususnya tentang bonus demografi. Istilah ini sering disebut-sebut sebagai “berkah” atau “peluang emas,” tapi mari jujur: apakah bangsa ini benar-benar siap menghadapi kenyataan tersebut?

 

Bonus demografi adalah fenomena luar biasa. Ketika mayoritas penduduk berada di usia produktif, peluang bagi kemajuan ekonomi dan sosial menjadi terbuka lebar. Tapi hal ini bukanlah hadiah cuma-cuma. Jika tidak dikelola dengan baik, berkah ini justru bisa menjadi beban berat bagi bangsa.

 

Peluang: Harapan Besar di Pundak Generasi Muda

Sebagai seseorang yang berinteraksi langsung dengan banyak generasi muda, penulis melihat potensi besar di dalam mereka. Generasi ini hidup di era teknologi, penuh kreativitas, dan berani bermimpi besar. Dengan semangat mereka, Indonesia sebenarnya memiliki peluang besar untuk memimpin di kancah global.

 

Di tengah perubahan dunia yang semakin cepat, generasi muda memiliki kemampuan untuk menjadi inovator—baik dalam teknologi, ekonomi kreatif, maupun lingkungan. Semangat kewirausahaan yang terlihat di banyak anak muda membuat penulis optimis. Mereka tidak hanya mencari pekerjaan, tetapi juga menciptakan pekerjaan.

 

Namun, peluang ini tidak datang tanpa tantangan.

 

Tantangan: Realita yang Tak Bisa Kita Hindari

 

Berulang kali, dalam diskusi dan penelitian, penulis menemukan masalah-masalah yang terus mengganjal bangsa ini. Tantangan utama adalah kualitas sumber daya manusia. Pendidikan, meski sudah banyak mengalami perbaikan, sering kali tidak relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Banyak anak muda yang terjebak dalam pengangguran karena keterampilan mereka tidak sesuai dengan tuntutan industri modern.

 

Hal lain yang menjadi perhatian adalah literasi digital yang belum merata. Di era teknologi seperti saat ini, tidak semua generasi muda memiliki akses dan pemahaman yang cukup untuk memanfaatkannya. Masalah kesehatan seperti stunting dan gizi buruk juga menjadi ancaman nyata. Bagaimana bangsa ini bisa berharap pada generasi yang produktif jika mereka tidak sehat?

 

Ketimpangan sosial juga menjadi kekhawatiran besar penulis. Banyak anak muda dari daerah terpencil yang begitu cerdas dan bersemangat, tetapi terhalang oleh kurangnya akses pendidikan dan teknologi. Ini bukan hanya masalah mereka; ini masalah kita bersama.

 

Langkah Nyata: Tidak Ada Waktu untuk Berdiam Diri

 

Sebagai seorang akademisi, penulis percaya pada kolaborasi. Kita tidak bisa menyerahkan semuanya pada pemerintah atau sektor swasta saja. Semua pihak harus bergerak bersama.

 

1. Reformasi Pendidikan

Pendidikan adalah kunci. Kurikulum harus lebih relevan dengan kebutuhan zaman. Pendidikan vokasi perlu diperkuat, dan keterampilan abad ke-21 seperti kreativitas dan literasi digital harus menjadi prioritas.

 

 

2. Pemerataan Akses Teknologi

Dalam perjalanan ke berbagai daerah, penulis melihat sendiri betapa besar kesenjangan akses teknologi. Pemerintah perlu memastikan bahwa internet dan teknologi tersedia di setiap sudut negeri. Tanpa ini, kesenjangan yang lebih besar hanya akan tercipta.

 

 

3. Investasi pada Kesehatan

Pencegahan stunting dan perbaikan layanan kesehatan harus menjadi fokus utama. Generasi muda yang sehat adalah pondasi bagi bangsa yang kuat.

 

 

4. Dukungan untuk Kewirausahaan

Jiwa kewirausahaan harus terus didorong. Pemerintah dan sektor swasta perlu lebih aktif dalam memberikan pelatihan, akses permodalan, dan pendampingan.

 

 

 

Penutup: Bonus Demografi, Harapan yang Harus Kita Wujudkan

 

Sebagai bagian dari generasi yang lebih tua, penulis merasa memiliki tanggung jawab untuk terus mendorong diskusi ini. Bonus demografi adalah peluang sekali seumur hidup yang harus dimanfaatkan. Jika bangsa ini gagal, bukan hanya kita yang rugi, tetapi juga generasi mendatang.

 

Mari kita renungkan, sudahkah langkah-langkah yang diambil hari ini cukup untuk membawa bangsa ini menuju Indonesia Emas 2045? Penulis percaya, dengan kolaborasi yang erat, kerja keras, dan komitmen bersama, tantangan ini bisa dijawab.

 

Generasi muda adalah masa depan bangsa. Tugas kita adalah memastikan mereka memiliki fondasi yang kokoh untuk melangkah ke depan. Waktu tidak menunggu, dan kesempatan ini tidak boleh disia-siakan.